Kamis, 12 Januari 2012

Emansipasi yang Diinginkan oleh Kartini


By Hilman al Anshari


Pada zaman sekarang banyak sekali wanita yang selalu bertindak dengan dasar emansipasi wanita. Mereka selalu berteriak, “Wanita itu memiliki hak sama halnya dengan lelaki, tidak boleh ada yang melarang wanita untuk melakukan hal yang sama dengan laki-laki.
Sekilas hal tersebut nampak benar, namun sebenarnya bukan itulah yang diinginkan oleh “Ibu kita Kartini”. Kartini adalah nama yang dikenal oleh masyarakat sebagai pahlawan yang membela hak-hak wanita, sayangnya dewasa ini tidak sedikit pihak yang mengatasnamakan perjuangan Kartini demi kepentingannya sendiri.

Dalam hal tersebut, yang diinginkan Kartini adalah pembebasan hak-hak wanita yang sangat atau bahkan terlalu dikekang. Sebagai contoh adalah, pada masa dahulu wanita itu tidak boleh sekolah, tidak boleh keluar rumah, dsb. Padahal dalam Islam, menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap individu. Sekolah adalah sebagai uslup (media) untuk menuntut ilmu tersebut. Singkatnya, Kartini sebenarnya hanyalah memperjuangkan apa yang memang menjadi hak wanita yang tidak terpenuhi di kala itu.

Sedangkan pada zaman sekarang, banyak sekali yang mengatasnamakan Kartini untuk berbagai kepentingan kelompok, golongan, maupun individu. Sebagian besar perjuangan mereka dewasa ini adalah kesetaraan jender, yaitu persamaan antara hak-hak wanita dan lelaki. Lalu, apa yang kurang tepat pada hal tersebut? Yaitu pergeseran hak-hak yang tidap tepat pada tempatnya. Setiap manusia memiliki hak, namun atara lelaki dan wanita telah jelas memiliki perbedaan yang signifikan.

Disamping itu, tuntutan para tokoh feminisme tersebut sangat melewati batasan hak wanita. Sebagian besar selalu berkata “Jika lelaki diperbolehkan untuk poligami, maka wanita juga boleh untuk poliandri” hal tersebut selalu dijadikan “senjata” mereka untuk menyamakan hak yang notabene bukan hak mereka. Bahkan seorang lelaki pun tidak memiliki hak untuk ber-poligami jika tidak mampu untuk adil, ataupun sang istri tidak mengizinkan. Lagipula adil belum tentu harus sama, sedangkan yang mereka tuntut bukanlah keadilan, namun kesamaan dalam hak.

Sejak dahulu, Islam telah memuliakan Wanita. Islam membuat Wanita terlepas dari pandangan nafsu seseorang dengan penutupan auratnya. Islam menyuruh Wanita tidak perlu melakukan pekerjaan berat, suamilah yang harus bekerja keras. Islam mengangkat derajat wanita yang dulu selalu menjadi bahan pelampiasan nafsu dan sebagai aib bagi manusia, sekarang telah tidak ada bedanya derajat wanita dan pria di dalam Islam.

Maka, Islam sebenarnya telah memuliakan wanita dari dulu. Menerapkan keadilan yang adil tanpa pandang bulu. Namun, mereka merasa tidak adil pada saat ini? Itu adalah karena hukum Islam tidak diterapkan secara menyeluruh di Dunia ini.
Sedangkan para “pejuang gender” mengusahakan hal yang sia-sia tanpa islam.

Lalu, apa sebenarnya tujuan dan maksud dari gerakan feminisme untuk kesetaraan jender tersebut? WallahuAlam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar